Demikianlah
20:01
demi arak
api di harmonika harry roesli
demi pinggul
pinggul kecil bulat para dewi kayangan yang menari di pelangi pelangi alangkah
indahmu merah kuning hijau di langit yang biru lebam dihajar popor m-16 anjing
anjing kapitalis pascakolonial
demi tetes
keringat tukang becak di sebelahmu di jalan polusi menunggu lampu merah kuning
hijau
demi birahi
istrimu pada tampax bau di akhir meditasimu
demi
sejengkal sorga yang kau perebutkan dengan doa doa para tetangga
demi sms
yang tiba tiga hari setelah kau dikuburkan bukan di taman para fascis yang
pahlawan
demi asap
tembakau di puting susu abg smp di bis kota di sebelahmu yang sedang mimpi jadi
artis jadi selebriti
demi
handphone yang tak henti berdering dalam acara baca puisimu
demi puisiku
ini yang tersesat dalam labirin empat musim sebelum mekar di rambut di sisirmu
demi
pengemis perempuan tua dalam sajak rendra yang kau dengar sambil setengah mabok
dulu
demi cinta
pertama yang menguap bersama embun pagi alun alun selatan seribu tahun yang lalu
demi kerling
sebuah nama yang selalu menggoda tiap kali kau geser satu botol bir kosong di
trotoar tak bernama
demi kumis
saddam hussein yang menghantui george bush di belahan dada istrinya yang
keriput tua
demi dr
strangelove yang berkhayal nikmatnya sebuah rudal yang pecah di lobang duburnya
demi beribu
dubur yang terbakar hangus tak terkubur di padang pasir ubur ubur
demi cintaKu
padaMu wahai sepasang kaki tak bertubuh tapi bersepatu hitam hak tinggi di
monitor pc pembelian istriku
demi kereta
api yang keluar masuk lemak tergantung di leher alfred hitchcock
demi
borobudur di duaribu obat nyamuk terbakar di rambut made wianta
demi ktp
yang membuatmu jadi saut jadi situmorang
demi buah
pantat megawati yang katanya simbol negeri ini yang sekelam awan sore kota
jogja tak nyaman di hati
demi ikan
mas yang mati mengapung di lobang kakus demam berdarahmu
demi bukek
siansu yang tak pernah muncul di lorong lorong gelap kotamu di tengah malam
gerhana bulan 17an
demi lidah
pelo wiji thukul yang hilang di hutan simbol janggut karl marx tua
demi
sepasang mata pengungsi afghan yang menikammu dari sampul national geographic
keparat itu dulu
demi apalagi
demi moore mau tidur semalaman dengan seorang jutawan kalau bukan demi jutaan
yang dihambur hamburkan george bush di kepala jutaan anak afghan anak irak
jutaan yang dihambur hamburkan megawati di kepala jutaan anak aceh lewat jutaan
keping logam api yang membakar hangus jutaan puisi yang tertulis di jutaan
gemeretak gigi gigi panas dingin demam marah pada langit biru kosong tanpa
tuhan tanpa apa apa tanpa makna demikian perih kehidupan bagi manusia manusia
yang bernasib sedemikian rupa tak mengerti mengapa
demikianlah
seonggok taik anjing kering mengejek kita yang konon lebih mulia dari para malaikat
di biji biji tasbih para alim ulama pemenang poligami award obladi oblada
demikianlah,
guernica, demikianlah
jogja, 17
agustus 2003
Saut
Situmorang
0 comments