PILKADA Malut Mendulang Pemimpin Pro Rakyat atau Kuasa dan Koruptor

02:15




Dari Rakyat, Oleh Rakyat dan Untuk Rakyat”. (Pidato Abraham Lincoln).
Demokrasi adalah bentuk ideal, bagi keberlangsungan politik pada era reformasi saat ini. Demokrasi diartikan sebagai bentuk sirkulasi atau sistem politik untuk mendulang pemimpin yang mewakili rakyat, ia yang dicintai dan dipercaya sebagai pembawa amanat rakyat demi kesejahteraan dan kemakmuran. Pada dasarnya, demokrasi adalah bentuk pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Hal ini berarti kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat bukan justru berada pada penguasa atau kekuasaan.

Melawan lupa
Berbeda dengan sirkulasi politik yang terjadi di Propinsi Maluku Utara, pengalaman pahit pada Pemilukada tahun 2006 lalu, sejumlah aktor politik busuk, mencedrai praktek demokrasi. Alih-alih saling klaim kebenaran para kelompok kepentingan sehingga mobilisasi masa dan konflik tak bisa terhindarkan demi mempertahankan kekuasaan. Sengketa Pemilukada tarpanjang dan cukup besar membuang cos politik sepanjang sejarah Pilkada di Indonesia. Kedua pasangan yang bersengketa yakni Thaib Armain-Abdul Gani Kasuba dan Abdul Gafur-Abdurrahim Fabanyo. Sengketa Pilkada ini berakhir pada keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) dimenangkan oleh pasangan Thaib Armain-Abdul Gani Kasuba.

Siapa mengira bahwa ternyata, Drs. Thaib Armain yang terpilih sebagai Gubernur Maluku Utara tersandung kasus korupsi terkait penggunaan pos anggaran dana tak terduga (DTT) senilai Rp 6,9 miliar pada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah tahun 2004. Total dari proyek DTT tersebut diperkirakan senilai Rp 24 miliar (VIVAnews)kekuasaannya pun tak bisa dipungkiri hampir sebagian besar pembagian jabatan berdasarkan like to like tidak berdasarkan pada profesionalitas seseorang. Kekuasaan yang menggurita sangat berdampak mendorongnya sistem otoritarianisme atau premanisme birokrasi.

Mendulang Pemimpin Pro Rakyat
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku Utara, yang telah berlangsung pada tanggal 1 juli 2013 itu diikuti oleh enam pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur sesuai dengan putusan KPUD Malut. Keenam pasangan tersebut yakni Ahmad Hidayat Mus-Hasan Doa (AHM-DOA) didukung oleh Golkar, PPP, Hanura, PKPB, PDS dan sejumlah partai kecil lainnya, Namto Huiroba-Ismail Arifin (NHR-IA), Abdul Gani Kasuba-Natsir Thaib (AGK-MANTHAB) didukung oleh PKS, Republikan, PDK, PKB, PPRN dan PKPI, Muhadjir Albaar-Sahrin Hamid (MUHADJIR-SAHRIN) didukung oleh PAN, Demokrat dan PBB, Syamsir Andili-Benni Laos (Syamsir-Benni) didukung oleh GERINDRA dan koalisi 17 partai nonparlemen dan Hein Namotemo-Malik Ibrahim (Hein-Malik) dari pasangan independen. Pemilihan tersebut berakhir masuk putaran kedua sesuai dengan keputusan KPUD Malut. Yang berhak masuk pada putaran kedua yakni pasangan Ahmad Hidayat Mus-Hasan Doa (AHM-DOA) dengan jumlah perolehan163.684 suara atau 28,50% dan Abdul Gani Kasuba-Natsir Thaib (AGK-MANTHAB) memperoleh 163.684 suara atau 28,50% (sumber KPUD Malut).

Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku Utara, KPUD Malut mengagendakan pada tanggal 31 oktober 2013 mendatang diikuti oleh dua pasangan calon yakni Ahmad Hidayat Mus-Hasan Doa (AHM-DOA) dan Abdul Gani Kasuba-Natsir Thaib (AGK-MANTHAB). Kedua pasangan ini masing-masing memiliki kiprah rekam jejak yang tidak diragukan. Dalam tulisan ini penulis tidak bermasud menyudutkan masing-masing pasangan calon, namun masyarakat Malut sudah cukup mengenal kedok dan siapa sebenarnya mereka.

Akhir-akhir ini, parah aktor politik sudah mulai mengepung dan menghipnotis pikiran kritis rakyat Maluku Utara diberbagai media maupun melalui kampanye-kampanye politik mereka. Demokrasi hanya menjadi slogan para aktor, namun dibalik itu rakyat tidak diberi kebebasan secara sadar memilih siapa idola mereka tanpa tendensi dan intervensi dalam bentuk apapun. Maraknya, transaksi kepentingan kelompok, transaksi uang, memboyong kekuasaan di tingkat kabupaten untuk menekan rakyat memilih. Cara kotor ini sungguh telah mencedrai praktek demokrasi di Indonesia.
Belum lagi kesadaran mayoritas pemilih masih jauh dari golongan  pemilih partisipan, rakyat tidak diberi pendidikan politik yang santun dan bersih justru mengajarkan bagaimana rakyat pragmatis, pasif, dan instan. Meminjam istilah Machiavelli menghalalkan segala cara adalah cara tepat berkuasa. Jika paradigma aktor politik dan kelompok kepentingan masih menggunakan cara tersebut maka Pilkada Maluku Utara hanya akan melahirkan kuasa dan koruptor  baru. Kini kita jangan terjebak dengan anomali para aktor politik yang menggunakan cara-cara kotor dalam menampilkan cara mereka berpolitik. Belum lagi, ada dari sekian calon yang berstatus tersangka. Potret ini mestinya, rakyat tidak mudah ditawarkan dengan uang semata. Jika kesadaran terus dipasung sedemikian rupa, pihak supremasi hukum tidak tegas tindak, politik semata-mata karena uang, konspirasi kepentingan diboyong sebagai cara yang sah. Maka jangan harap Pilkada kali ini adalah momentum lahirnya pemimpim yang arif, bijak dan mencintai rakyatnya.

Bahwa betapa tidak Pilkada kali ini sangat rawan melahirkan penguasa-penguasa baru yang jauh lebih berkuasa ketimbang Firaun, Lenin, Hitler dan deretan penguasa dunia lainnya. Hal ini tampak pada proses konsolidasi, rekrutmen dan sosialisasi yang jauh dari prinsip-prinsip demokrasi. Meminjam bahasa Dante, “Kebenaran dan logika tidak lagi menjadi ukuran, jika rasa keserakahan, gila kuasa serta nilai-nilai kejahatan telah terpatri dalam diri manusia. Ketamakan telah menghilangkan daya dan nalar demi kekuasaan belaka”.

Rupanya, sangat sulit bagi rakyat kita jika tidak dilakukan pendampingan untuk memberikan pendidikan politik upaya mendulang Gubernur yang pro rakyat di Propinsi Maluku Utara. Tentunya, harus ada penyatuan para kelompok intektual revolusioner yang jujur bicara dan memilih. Tidak untuk diperbudak dan menghambah pada sekedar uang yang justru ditindas selama lima tahun kedepan. Semoga***.

Oleh : 

Fahmi Musa
Presiden Hipma-Halut Makassar Periode 2013-2014
Mahasiswa Universitas Veteran Republik Indonesia (UVRI) Makassar

You Might Also Like

0 comments

Like us on Facebook

Flickr Images