Papa, Tabang Pohon Kelapa!
00:59
Oleh: Iavan Illich
Mengintip status Facebook salah seorang mantan Aktipis
Makassar yang pulang ke Halmahera, beliau seorang kader militan PMII di
Universitas Muslim Makassar. Ya, akau panggil “beliau” karena sapaan beliau
bisa aku tafsirkan orang yang lebih tua dari saya, sudah lama beliau tinggalkan
Makassar kembali ke tanah Halmahera pulau panjang penuh rayuan pulau kelapa dan
berprofesi sebagai pengelola kopra.
Aku agak sedikit tak
percaya bahwa beliau beralih profesi sebagai tukang kopra karena aku tau sejak
masih kuliah beliau dikenal sebagai seorang yang mahir berargumentasi ketika
ada pelaksanaan dsikusi antar mahasiswa. Dan lebih membuatku ragu pula bahwa
beliau tidak seperti kawan pada umunya yang sempurna secara fisik, akan tetapi
kondisi fisik beliau sangat disayangkan alias cacat kaki. Beliau hanya memiliki
satu buah kaki dan dibantu dengan tongkat kayu Tawwabi yang diambil dari pesisir pulau Kayoa yang kasiatnya konon
sebagai pengusir "suanggi" (setan).
Status beliau bernada
candaan, “Jokowi ngana ni bgitu la ngana kase nae
harga kopra kaa...! ini tarada kong kase nae harga rokok tuu....! Keadaan ni
musti tabang kalapa la tanam tabako ka apa..!,
kalimatnya sederhana tapi menunjukkan sebuah sikap tentang nasib para petani kelapa di Maluku Utara secara umum, apalagi di tanah Halmahera yang komoditi utama adalah kelapa.
mungkin kita pernah membaca sejarah kawan, bahwa negeri empat kesultanan Moloku Kie Raha atau biasa kawan dengar sebagai negeri rempah-rempah yang membuat Portugis dan VOC tergiur datang jauh-jauh mengambil sekaligus menebang paleng cengkeh dan pala terbesar dalam kesejarahan ekspedisi mereka. Seperti yang disebutkan Leonardo Andaya dalam bukunya “Dunia Maluku”.
kalimatnya sederhana tapi menunjukkan sebuah sikap tentang nasib para petani kelapa di Maluku Utara secara umum, apalagi di tanah Halmahera yang komoditi utama adalah kelapa.
mungkin kita pernah membaca sejarah kawan, bahwa negeri empat kesultanan Moloku Kie Raha atau biasa kawan dengar sebagai negeri rempah-rempah yang membuat Portugis dan VOC tergiur datang jauh-jauh mengambil sekaligus menebang paleng cengkeh dan pala terbesar dalam kesejarahan ekspedisi mereka. Seperti yang disebutkan Leonardo Andaya dalam bukunya “Dunia Maluku”.
Perlu kawan ketahui bahwa negeri nan jauh itu bukan
hanya terdapat dua jenis tumbuhan tersebut, cengkeh dan pala hanya tersebar di
bebrapa pulau akan tetapi pulau yang berbentuk huruf “k” mirip dengan peta Sulawesi atau biasa
disebut pulau panjang alias Halmahera terdapat pohon kelapa yang sangat banyak
dari barat hingga timur. Sebahagian besar mata pencarian masyarakat Halmahera
adalah "kopra" hasil olahan tradisional buah kelapa. Pengerjaan kopra pun tidak sembarang dan butuh tenaga extra fit agar sampai pada olahan isi kelapa yang benar-benar matang. Aku sendiri menyaksikan langsung pengerjaannya kala sering ikut papa ke kebun kelapa, mulai dari memetik, membelah, mengorek isi kelapa dsan puncaknya memasak di atas "parapar" untuk memastikan daging kelapa menjadi kopra sesuai dengan permintaan pasar. Sampai-sampai untuk menjaga agar kualitas kopranya sesuai maka papa kadang tak nginap di kebun untuk menjaga proses pengapiannya tetap stabil.
0 comments